Epilog Panggilan Abadi


Panggilan Abadi

Setiap perjalanan menuju Baitullah adalah perjalanan menuju diri sejati.

Rindu yang tumbuh di hati adalah tanda cinta Allah.

Musibah yang datang hanyalah jalan untuk membersihkan diri.

Bismillah yang terucap adalah energi pembuka pintu berkah.

Syiar yang dijalani adalah bekal agar hidup punya makna.

Baitullah bukan sekadar sebuah tempat di Makkah,

tetapi simbol kebersatuan manusia dengan Tuhannya.

Ia adalah panggilan abadi, yang hanya bisa dijawab oleh hati yang ikhlas,

oleh langkah yang dituntun doa, dan oleh rezeki yang diberkahi.

Mungkin kita belum sampai.

Mungkin kita masih menunggu.

Namun jangan pernah batasi diri dengan kata tidak mampu.

Sebab Allah telah berfirman:

“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (QS. Az-Zumar: 53)

Siapa pun bisa menjadi tamu Allah.

Kaya atau sederhana. Muda atau tua. Sehat atau pernah terluka.

Karena perjalanan ini bukan tentang kemampuan manusia,

melainkan tentang kasih sayang Allah yang melampaui segalanya.

Maka teruslah berdoa, teruslah berharap, dan teruslah melangkah dengan Bismillah.

Sebab, siapa yang menjaga niatnya, Allah akan menjaga jalannya.

Dan siapa yang menjaga jalannya, Allah akan menghadiahkan rumah-Nya sebagai tempat singgah.

Semoga kita semua segera dipanggil,

menjadi tamu yang dirindu oleh Ka’bah,

dan pulang dengan hati yang suci, membawa berkah untuk dunia.

Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.