Bab 5 Menuju Berkah


Menuju Berkah

1. Melihat Musibah dari Kacamata Iman

Setiap musibah dalam hidup bukan sekadar ujian, melainkan tanda kasih sayang Allah. Sebagaimana firman-Nya:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Dengan kacamata iman, musibah bukan lagi beban, tetapi undangan Allah untuk lebih dekat pada-Nya.

2. Mengubah Luka Menjadi Cahaya

Luka yang diterima dalam hidup akan menjadi cahaya ketika dihadapi dengan sabar, ikhlas, dan Bismillah. Kalimat Bismillah mendatangkan berkah, dan berkah itu sendiri bermakna penghalang dari musibah. Karena setiap kali seorang hamba berbisik Bismillah, Allah turunkan perlindungan-Nya yang membuat musibah berubah menjadi kebaikan, bahkan menjadi sebab terbukanya rezeki dan jalan mulia.

3. Kesabaran dan Keikhlasan sebagai Jalan Pembuka Berkah

Kesabaran menahan gejolak hati, dan keikhlasan menerima takdir, menjadikan seseorang layak menerima berkah. Musibah yang tadinya tampak gelap akan berubah menjadi pintu cahaya. Maka, sesungguhnya musibah itu bukan akhir, tetapi awal dari keberkahan baru.

4. Makna Berkah dalam Hidup

Berkah adalah bertambahnya kebaikan, ketenangan, dan manfaat dalam setiap langkah hidup. Hidup yang diberkahi membuat sedikit terasa cukup, dan cukup menjadi berlimpah. Berkah adalah jawaban Allah atas doa-doa yang lahir dari kesabaran dalam menghadapi musibah.

5. Cara Menjemput Berkah di Setiap Langkah

Berkah dapat dijemput dengan tiga kunci:

Syukur – menerima setiap pemberian Allah dengan hati lapang.

Bismillah – memulai segala urusan dengan mengingat Allah.

Syiar kebaikan – menyebarkan manfaat dan menolong sesama.

Ketiganya akan mengubah perjalanan hidup penuh musibah menjadi perjalanan penuh berkah.

6. Buah Berkah: Jalan ke Baitullah

Puncak dari keberkahan adalah panggilan ke Baitullah. Banyak orang yang awalnya merasa tidak mampu, namun karena hidupnya dipenuhi dengan syukur, doa, sabar, dan keikhlasan, Allah jadikan ia tamu di rumah-Nya.

Baitullah adalah buah dari keberkahan hidup.

Rindu yang tertanam (Bab 1), syiar yang ditegakkan (Bab 2), Bismillah yang dijaga (Bab 3), dan musibah yang dilepas dengan ikhlas (Bab 4 ini) — semua berbuah pada satu titik: undangan Allah menuju rumah-Nya.

Rasulullah ï·º bersabda:

“Orang yang berhaji dan berumrah adalah tamu Allah; jika mereka meminta sesuatu, niscaya Allah memberinya; dan jika mereka memohon ampun, niscaya Allah mengampuninya.” (HR. Ibnu Majah)

Inilah keberkahan tertinggi: ketika langkah kaki dipilih Allah untuk menapaki tanah suci, menjawab rindu, dan melepas segala dosa.

Musibah dan berkah 

Musibah dan berkah adalah dua wajah dari satu realita kehidupan. Dengan Bismillah, musibah berubah menjadi jalan menuju berkah. Dan berkah itulah yang menjadi jembatan menuju Baitullah, rumah Allah yang dirindukan.