Doa dan Harapan:
Menjemput Panggilan Berikutnya sebagai penutup yang indah, penuh doa dan motivasi, agar menjadi klimaks dari seluruh rangkaian bab sebelumnya.
Bab 9 – Doa dan Harapan: Menjemput Panggilan Berikutnya
1. Doa Sebagai Jalan Terpendek ke Baitullah
Setelah segala ikhtiar dilakukan, setelah kita menabung dengan halal, berusaha dengan sungguh-sungguh, dan menjaga amal setelah pulang, ada satu kunci yang tidak boleh dilepaskan: doa.
Rasulullah ï·º bersabda, “Doa adalah senjata orang beriman.” Doa bukan sekadar permintaan, tapi wujud pengakuan bahwa segala sesuatu pada akhirnya berada di tangan Allah. Betapa banyak orang yang merasa tidak mampu, namun akhirnya sampai ke tanah suci karena doa yang tak pernah henti.
Doa adalah jalan terpendek menuju Ka’bah, bahkan sebelum kaki benar-benar menapakkan diri di sana.
2. Harapan yang Menghidupkan Semangat
Musibah, keterbatasan rezeki, dan tantangan hidup kadang membuat kita merasa jauh dari Baitullah. Namun, harapan adalah bahan bakar yang membuat hati terus bergerak. Orang yang menjaga harapan berarti menjaga cahaya.
Harapan itu bisa ditulis dalam hati: “Ya Allah, meski saat ini aku belum mampu, aku yakin suatu saat Kau panggil aku ke rumah-Mu.” Keyakinan semacam ini adalah energi positif yang lahir dari Bismillah, dari berkah, dan dari syiar yang kita jaga.
3. Menjemput Panggilan Berikutnya
Setiap orang yang pernah ke tanah suci hampir selalu punya satu doa yang sama: ingin kembali lagi. Sebab, sekali merasakan nikmatnya berada di depan Ka’bah, rindu itu tidak akan pernah padam.
Menjemput panggilan berikutnya bukan hanya soal uang atau kesempatan, tapi tentang menjaga hati agar tetap layak dipanggil. Hati yang jujur, lisan yang bersih, rezeki yang halal, dan doa yang tulus — semua itu adalah tiket tak kasat mata menuju undangan Allah.
Penutup Buku
Dari rindu (Bab 1), syiar (Bab 2), Bismillah (Bab 3), musibah dan berkah (Bab 4 & 5), ikhtiar (Bab 6), kisah nyata (Bab 7), hingga menjaga spirit (Bab 8), semua bermuara pada doa dan harapan di bab ini.
Baitullah bukan hanya tujuan perjalanan, tapi juga cermin kehidupan. Siapa yang menjaga Bismillah dalam langkahnya, menjaga syiar dalam hidupnya, dan menjaga doa dalam hatinya — maka Allah akan menjadikannya tamu-Nya, cepat atau lambat.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang diberi kesempatan, bukan hanya sekali, tapi berkali-kali, hingga pulang terakhir ke hadirat-Nya dalam keadaan husnul khatimah.