Bab 6 Strategi Ihtiar Baitullah


Strategi dan Ikhtiar Menuju Tanah Suci

1. Merencanakan Keberangkatan dengan Niat yang Benar

Perjalanan ke Baitullah bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan ruhani. Maka niat adalah pondasi pertama. Rasulullah ï·º bersabda:

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari & Muslim)

Niat yang benar menjadikan ikhtiar terasa ringan, karena hati selalu tertambat pada Allah. Dengan niat ikhlas semata-mata untuk ibadah, setiap rupiah yang ditabung, setiap langkah yang direncanakan, menjadi bagian dari ibadah itu sendiri.

2. Menabung dengan Cara yang Halal dan Barokah

Berkah tidak datang dari jalan yang salah. Karena itu, menabung untuk haji atau umrah harus melalui sumber rezeki yang halal. Rezeki halal, walaupun sedikit, akan lebih bernilai daripada rezeki banyak namun syubhat.

Ada banyak cara menabung yang bisa dilakukan, antara lain:

Membuka rekening khusus tabungan haji/umrah.

Menyisihkan penghasilan secara konsisten, walau kecil tapi rutin.

Menghindari hutang konsumtif dan gaya hidup berlebihan.

Prinsipnya sederhana: istiqamah dalam hal kecil akan melahirkan hasil besar. Inilah jalan menjemput keberkahan yang berbuah perjalanan ke tanah suci.

3. Memanfaatkan Peluang Program Syiar dan Ta’awun

Allah memudahkan hamba-Nya melalui berbagai jalan. Salah satunya lewat program syiar dan ta’awun (saling tolong-menolong). Program tabungan kolektif, gotong royong jamaah, atau bahkan peluang usaha syiar umrah, bisa menjadi jembatan nyata menuju Baitullah.

Konsep ta’awun bukan sekadar strategi finansial, tetapi juga amal sosial. Ketika kita membantu orang lain untuk bisa berangkat, Allah akan memudahkan langkah kita sendiri. Rasulullah ï·º bersabda:

> “Allah senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

Artinya, program syiar dan ta’awun bukan hanya rasional, tetapi juga penuh dimensi spiritual.

4. Menjadikan Syiar sebagai Jalan Menuju Tanah Suci

Syiar adalah menyebarkan cahaya kebaikan. Dengan menjadikan syiar sebagai jalan, keberangkatan ke Baitullah bukan lagi tujuan pribadi semata, melainkan bagian dari perjuangan kolektif.

Syiar bisa berbentuk:

Mengajak keluarga, sahabat, dan masyarakat untuk cinta tanah suci.

Terlibat dalam dakwah, kajian, dan kegiatan sosial yang menumbuhkan semangat ibadah.

Membangun jaringan dan komunitas yang saling mendukung untuk berangkat bersama.

Dengan syiar, perjalanan menuju Baitullah menjadi lebih bermakna. Ia bukan sekadar mimpi pribadi, tetapi juga bagian dari gelombang umat yang bergerak bersama menuju cahaya Allah.

Penutup Bab 6

Bismillah yang menjadi sumber energi (Bab 3), musibah yang dilepas dengan kesabaran (Bab 4), dan berkah yang diraih (Bab 4 & 5), kini menemukan bentuk nyatanya dalam strategi dan ikhtiar rasional.

Dengan niat yang lurus, rezeki halal, memanfaatkan peluang syiar dan ta’awun, serta menjadikan syiar sebagai jalan, setiap langkah menuju Baitullah akan lebih pasti. Karena keberkahan tidak turun pada mereka yang pasrah tanpa usaha, melainkan pada mereka yang berdoa, bersabar, dan berstrategi